Minggu, 30 November 2008

Sepatu Sampah Nike Unjuk Gigi

Isu utama yang tetap menggema di seantero dunia adalah sumbangan besar industri berupa berton-ton sampah produk tak terpakai yang terbuang percuma yang berdampak langsung pada kerusakan lingkungan.

Konsumen secara globalpun mulai tumbuh kesadarannya untuk memperhatian nasib planet mungil ini. Produk bertajuk ramah lingkungan menjadi primadona untuk dibeli.


Rupanya isu global tersebut telah pula menjadi tantangan tersendiri bagi para desainer Nike. Perusahaaan raksasa sepatu dan alat-alat olahraga ini telah mencanangkan sebuah target; menggabungkan dua hasrat untuk tidak tidak menyisakan hasil buangan ke lingkungan, tapi tetap menghasilkan produk prima sesuai hasrat para atlet.

Mulailah para desainer Nike beraksi mengotak-atik frame sepatu klasik mereka, Nike Zoom BB II, dan secara cepat menemukan karakter ulang dari sepatu ini dengan satu catatan utama: Menggunakan material buangan yang berserakan dari lantai pabrik tanpa mengorbankan performanya di lapangan. Hasilnya? Lahirlah Nike Trash Talk, sepatu basket yang memberi nyawa baru bagi sampah-sampah sisa proses produksi pabrik sepatu.

Tampilan perdana Nike Trash Talk dipakai oleh guard klub basket NBA Phoenix Suns, Steve Nash. Sepatu ini segera saja menjatuhkan ragam isu berkenaan dengan kelayakan produk dan permasalahan lingkungan. Sepatu ini menjawab berbagai keraguan dasar, seperti: Apa yang bisa kamu lakukan dengan sampah hasil produksi sepatu? Yap, sekarang material ini bertranformasi lagi menjadi sepatu di atas lapangan. Sampah buangan yang menggunung di lantai pabrik ini mendapatkan terminal akhir yang baru, yang pastinya bukan lahan sampah di mana jenis sisa sampah ini sulit untuk diurai oleh tanah.

Desainer sepatu Nike, Kasey Jarvis, mengatakan bahwa mereka benar-benar mencari solusi inovatif untuk masalah sisa produksi sepatu dan menciptakan performa produk menggunakan material-material sisa yang terbuang. Mereka telah bekerja dengan menggunakan etos kebijakan desain Nike, yaitu menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, mengurangi sampah, mengurangi racun, menciptakan proses pabrikan yang sustainable, dan menggunakan berbagai inovasi untuk membantu mengurangi keseluruhan dampaknya bagi lingkungan.

Hal tersebut bukanlah sekedar pemanis agar industri mendapat publisitas dari isu global pada lingkungan, tapi benar-benar langkah yang menjadi prioritas untuk dikerjakan. Etos ini membuat mereka mampu menciptakan sepatu yang tidak hanya bisa tegak memenuhi kualitas permintaan di lapangan, tapi juga lebih ramah terhadap lingkungan. Nike bahkan secara agresif telah membuat sebuah setting target kepada publik, secara keseluruhan perusahaan akan menerapkannya pada tahun 2011 untuk produk sepatu, tahun 2015 untuk seluruh apparel Nike, dan tahun 2020 untuk seluruh peralatan.

Nike mengeluarkan jumlah terbatas untuk Nike Trash Talk yang memiliki tiga varian warna berbeda yang mengacu pada kebutuhan Steve Nash, yaitu dua varian warna The Phoenik Suns untuk laga kandang dan tandang, dan satu varian warna untuk laga All-Star Game. Semua varian Nike Trash Talk telah dijual di House of Hoops by Footlocker, di New York dan di New Orleans dengan harga retail $100.

Steve Nash yang didaulat sebagai ikon dari sepatu ini menyatakan komentar positifnya, "Tiap kesempatan untuk ikut andil dalam masalah lingkungan dan reservasi planet adalah arah langkah yang benar," kata Nash, "Saya sangat senang menjadi atlet pertama yang memakai Nike Trash Talk. Saya rasa orang-orang akan menyukai sepatu ini. Saya berharap dengan memakainya, saya dapat menginspirasi orang lain untuk turut memakainya."

Tidak ada komentar: